Rabu, 17 Desember 2014

INISIASI TES HIV


Konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas atau provider-initiated testing and counseling (PITC) bukan menggantikan voluntary counseling and testing (VTC).  Disamping menawarkan tes sukarela, program yang komprehensif ditawarkan dalam PITC/PITC, dukungan pencegahan yang berkesinambungan, dan rujukan ke berbagai program lainnya. Dengan demikian dapat mendorong pasien untuk mengambil pilihan yang lebih sehat. Idealnya, pasien yang ternyata seropositif akan dirujuk untuk menjalani pengobatan dan perawatan

Dua Kategori PITC (WHO)
        1. Tes diagnostik:
Tes diagnostik adalah bagian dari proses klinis untuk menentukan diagnosis pasien, dan mengacu pada kondisi medis dari pasien (misalnya TB) atau gejala klinis (misalnya IO atau pengurangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya) yang mengidikasikan secara kuat HIV sebagai penyakit yang mendasarinya.
        2. Penawaran rutin:
Penawaran rutin untuk tes dan konseling artinya menawarkan tes HIV kepada semua pasien dewasa yang berobat ke sarana kesehatan tanpa memandang alas an berobatnya

Syarat Menerapkan PITC
  •       tersedianya layanan konseling pasca-tes bagi semua pasien yang menjalani tes HIV
  •       Tersedianya rujukan ke layanan perawatan medis dan dukungan psikososial bagi pasien dengan HIV (+).
  •       diterapkannya model option-out, (contoh:”saya sarankan anda untuk menjalani tes HIV. Bila anda tidak keberatan maka saya akan laksanakan”) harus dipastikan bahwa persetujuan yang diberikan benar-benar sukarela, maka harus selalu mendapatkan informed consent sebelum melakukan tes HIV dan tes HIV mandatori tidak dibenarkan. Harus dijelaskan pula bahwa pasien berhak untuk menolak tes HIV tanpa mempengaruhi kualitas layanan atau perawatan yang tidak terkait dengan diagnosis HIVnya

PITC Rutin
Ketika menerapkan model penawaran tes HIV secara rutin, maka konseling pra-tes (VCT)disederhanakan tanpa sesi edukasi dan konseling yang lengkap. Informasi yang diberikan sekedar untuk meyakinkan bahwa persetujuan pasien didasarkan atas pemahaman yang memadai.  Namun harus diantisipasi perlunya konseling tambahan yang lebih mendalam bagi pasien tertentu, melalui rujukan kepada konselor khusus. Sesuai dengan kondisi  setempat, informasi prates dapat diberikan secara individual atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus selalu diberikan secara individual, pribadi dengan kesaksian petugas kesehatan.

Tes Diagnostik
Tes diagnostik sebagai bagian dari proses klinis dalam menentukan diagnosis pasien. Bila ada gejala yang sesuai dengan infeksi HIV, jelaskan bahwa akan dilakukan pemeriksaan HIV dalam rangka menegakkan diagnosis. Tes diagnostik HIV sebaiknya ditawarkan  kepada semua pasien dengan kondisi gejala klinis terkait “Pertimbangkan Penyakit Terkait – HIV
Contoh : “Kami akan mencari penyebab penyakit Anda. Untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit Anda, kami perlu melakukan pemeriksaan infeksi tifoid, TB dan HIV, kecuali bila Anda keberatan

Tanda Klinis Kemungkinan Infeksi HIV
  1.       Infeksi berulang dari semua organ
  2.       Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
  3.       Kelainan kulit seperti prurigo, seboroik berulang
  4.       Limfadenopati (PGL) – pembengkakan KGB di leher dan ketiak yang tidak terasa sakit
  5.       Lesi kaposi (benjolan pada kulit atau langit-langit mulut berwarna gelap atau keunguan yang tidak       terasa sakit)
  6.       Infeksi bakteri yang berat– pneumonia
  7.       Tuberkulosis – paru atau ekstra paru berulang
  8.       Kandidosis oral hairy leukoplakia pada mulut
  9.       Ulkus di mulut atau gusi berulang
  10.       Kandidosis esofagoes
  11.       Kehilangan berat badan lebih dari 10% tanpa penyebab yang jelas lainnya
  12.       Mengalami keadaan di bawah ini selama lebih dari 1 bulan
  13.       Indikasi lain yang mengesankan kemungkinan infeksi:
  •       Infeksi menular secara seksual (IMS)
  •       Pasangan atau anak:
          a. diketahui positif HIV
          b. mengidap HIV atau penyakit yang terkait dengan HIV
  •      Kematian pasangan muda yang tidak jelas penyebabnya
  •      Pengguna NAPZA suntikan
  •      Pekerjaan yang berrisiko tinggi
  •      Aktif secara seksual dan mempunyai banyak mitra seksual dan tinggal di daerah prevalensi tinggi
TES HIV PELAYANAN RUTIN
Yang dimaksudkan dengan menawarkan tes HIV dan konseling secara rutin adalah menawarkan tes HIV kepada seorang pasien yang datang ke klinik tidak dengan alasan kunjungan yang berkaitan dengan HIV. Penawaran tes HIV secara rutin dan konseling berarti menawarkan tes HIV kepada semua pasien pengunjung layanan medis yang masih aktif secara seksual tanpa memandang keluhan utamanya.
Contoh : “Salah satu kebijakan di layanan kami adalah menawarkan ke setiap pasien untuk mendapatkan kesempatan menjalani pemeriksaan HIV agar kami dapat segera memberikan perawatan dan pengobatan selagi Anda di sini dan merujuk untuk tindak lanjut setelah Anda pulang, kecuali bila Anda keberatan. Kami akan memberikan konseling dan menyampaikan hasilnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Archive