Rabu, 31 Desember 2014

TATA KERJA UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I







PENYULUHAN HIV AIDS DI NGESTIHARJO, SISWODIPURAN

Hari / Tanggal : Jumat 18 Desember 2014
Tempat            : Ngestiharjo, Siswodipuran
Pemateri          : Molyono, Sri indraswati, Ponco Supono
Materi              :
- Penyuluhan HIV AIDS
- Penyuluhan IMS








PENYULUHAN HIV - AIDS DI KARANGASEM, BANARAN

Hari / Tanggal : Kamis 17 Desember 2014
Tempat            : Karangasem, Banaran
Pemateri          : Molyono , Sri Indraswati, Ponco Supono
Materi              :
- Penyuluhan HIV AIDS
- Penyuluhan IMS





Kamis, 18 Desember 2014

WISATA PETIK APEL BATU MALANG












DISTRIBUSI TABLET Fe



Tablet Fe

A. Kebijakan
Merupakan upaya pencegahan terhadap masalah gizi (anemia).

B. Tujuan
Semua ibu hamil mendapatkan tablet tambahan darah minimal 90 tablet.

C. Referensi
Buku Pedoman Distribusi Tablet Fe.

D. Ruang Lingkup
Ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah sampai 90 tablet, pemberiannya dilakukan di pelayanan KIA Puskesmas maupun di Polindes dan Bidan Praktek Swasta.

E. Penanggung Jawab
Petugas Gizi

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali.

G. Definisi
Distribusi tablet Fe adalah pemberian tablet Fe untuk ibu hamil sebanyak minimal 90 tablet.

H. Alat dan Bahan
Buku KIA, Tablet Fe

I. Langkah-langkah
  • Melakukan registrasi untuk ibu hamil
  • Melakukan pengajuan/permintaan tablet fe dengan berkoordinasi dengan petugas obat melalui bon tambahan obat.
  • Menyiapkan tablet Fe
  • Mendistribusikan tablet Fe
  • Memantau jumlah tablet tambah darah yang diberikan
  • Mencatat dan melaporkan hasil distribusi tablet Fe
  • Mengevaluasi hasil pemberian tablet Fe (cakupannya)

J. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
  1. Bon tablet Fe disesuaikan dengan jumlah sasaran dengan toleransi 10%
  2. Tablet Fe dipastikan sampai ke perut sasaran

K. Dokumen terkait
  1. Register sasaran
  2. Laporan hasil distribusi tablet Fe
  3. Leaflet, poster
L. Unit Terkait
Bidan Desa, KIA

M. Formulir yang dipergunakan
Formulir Laporan Hasil Distribusi Tablet Fe

Infokes/Sosialisasi/Penyuluhan Program Gizi

A. Kebijakan
Terselenggaranya tindaklanjut penyampaian informasi untuk menyamakan persepsi kegiatan program gizi.


B. Tujuan
Semua sasaran memperoleh kejelasan tentang informasi program-program gizi.

C. Referensi
Hasil rapat/pertemuan di tingkat Kabupaten dan Buku Pedoman yang terbaru.

D. Ruang Lingkup
Semua sasaran stakeholder baik lintas program maupun lintas sektor terkait.

E. Penanggung Jawab
Petugas Gizi.

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali.

G. Definisi
Infokes/sosialisasi gizi adalah suatu proses untuk menyamakan persepsi dalam menjelaskan informasi program gizi.


H. Alat dan Bahan
Materi, Handout,Referensi terkait dan terkini

I. Langkah-langkah

  1. Menyiapkan bahan rapat/sosialisasi
  2. Menjelaskan/sosialisasi program gizi
  3. Membuat kesepakatan dan tindak lanjut
  4. Membuat notulen
  5. Membuat hasil rapat
  6. Memberikan umpan balik

J. Dokumen terkait
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Program Rutin.

K. Unit Terkait
Lintas sektor dan lintas program.

L. Formulir yang dipergunakan
Buku Pedoman SPM

Pelayanan Konsultasi Gizi






Pendataan Keluarga Mandiri Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Mandiri Sadar Gizi

A. Kebijakan
  1. Meningkatnya mutu proses / penyelenggaraan promosi / kampanye kadarzi
  2. Meningkatnya peran serta masyarakat
  3. Meningkatnya jumlah keluarga mandiri sadar gizi
  4. Tercapainya kadarzi ( ≥ 70% )

B. Tujuan
Untuk mendapatkan data kadarzi yang akurat dalam rangka peningkatan status gizi, pencegahan dan penanggulangan masalah gizi melalui wawancara dan pengamatan.

C. Referensi
Buku Pedoman Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi).

D. Ruang Lingkup
Wilayah kerja Puskesmas Boyolali I

E. Penanggung Jawab
Petugas Gizi

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali

G. Definisi
Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) adalah Keluarga yang telah mempraktekkan perilaku gizi yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu gizi, dapat mengenali masalah gizi yang ada dalam keluarga, mampu mengidentifikasi potensi yang dimiliki keluarga/lingkungan, serta mampu melakukan tindak lanjut untuk mengatasi masalah gizi yang ada berdasarkan potensi yang dimilikinya.

H. Alat dan Bahan
Kuesioner berisi indikator Kadarzi

I. Langkah-langkah
  • Menentukan desa sampel.
  • Menentukan kelurga sampel yang akan dikunjungi.
  • Menyiapkan kuesioner Kadarzi.
  • Melakukan kunjungan ke rumah – rumah yang dijadikan sampel.
  • Menanyakan / melakukan wawancara tentang indikator Kadarzi.
  • Mencatat hasil wawancara di kuesoner Kadarzi.
  • Menempel hasil wawancara di papan rumahnya.
  • Merekap hasil kunjungan rumah.
  • Membuat laporan.

J. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
Dibuat pemetaan untuk mendapatkan gambaran cakupan Kadarzi.

K. Dokumen terkait
  • Laporan hasil pendataan Kadarzi
  • Leaflet, poster

L. Unit Terkait
Bidan Desa.

M. Formulir yang dipergunakan
Formulir Pendataan Kadarzi.

Pengolahan Data Program Gizi dari Desa

A. Kebijakan
Pengelolaan data program gizi berdasarkan evident-base dan bottom-up, sehingga perencanaan yang dibuat tepat sasaran, efektif dan efisien. 

B. Tujuan
Sebagai acuan pengolahan data bulanan dari desa guna mendapatkan data yang valid, akurat dan tepat waktu.

C. Referensi
Buku Pedoman Kerja Pelayanan Gizi di Puskesmas.

D. Ruang Lingkup
Data riil bulanan dari desa.

E. Penanggung Jawab
Petugas Gizi

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali.

G. Definisi
Pengolahan data adalah kegiatan untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan menganalisa data yang didapat dipakai sebagai alat monitoring dan evaluasi program. 
Pengolah data adalah petugas gizi Puskesmas. Jenis laporan yang diolah adalah SKDN, Status Gizi Balita, Bumil/Bufas KEK, BBLR, ASI Eksklusif, Vitamin A dan Tablet Fe.

H. Alat dan Bahan
Blangko FI Gizi

I. Langkah-langkah
   1). Persiapan 
  • Laporan data dari desa atau posyandu masuk paling lambat tanggal 25.
  • Laporan masuk dilakukan koreksi, apabila ada data kosong dikembalikan     lagi.
   2). Pelaksanaan
  • Data yang sudah masuk direkap dan dimasukkan dalam format F III Gizi
  • Masukan semua data paling lambat tanggal 30
  • Lakukan pengolahan data dan analisa data
  • Laporan ke atasan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya

J. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
Ketepatan waktu pelaporan merupakan kunci/dasar pembuatan POA berdasarkan masalah.

K. Dokumen terkait
  • Laporan bulanan desa (Posyandu)
  • Hasil pengolahan data

L. Unit Terkait
Posyandu, Bidan Desa

M. Formulir yang dipergunakan
Formulir (F-I Gizi), Format analisa data

Monitoring Garam Beryodium

Test Kit Garam Beryodium

A. Kebijakan
Monitoring garam adalah proses kegiatan yang dilakukan secara berkala pada keadaan (baik jenis maupun mutu,dll ) garam (NaCl) yang dikonsumsi oleh rumah tangga.


B. Tujuan
Sebagai acuan petugas gizi Puskesmas dalam melaksanakan monitoring garam tingkat rumah tangga di wilayahnya minimal sekali setahun.

C. Referensi

Buku Petunjuk Monitoring Garam Tingkat Rumah Tangga.

D. Ruang Lingkup
Rumah tangga dari populasi posyandu terpilih.

E. Penanggung Jawab
sawitri nur handayani

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali.

G. Definisi
Monitoring garam adalah kegiatan yang dilakukan secara berkala minimal setiap tahun sekali melalui pemeriksaan garam (NaCl) baik jenis maupun mutu yang dikonsumsi oleh rumah tangga.


H. Alat dan Bahan
Garam dapur, Iodina tes

I. Langkah-langkah
a. Persiapan
    v     Petugas menentukan sampel sesuai dengan metodologi yang telah disepakati
    v     Petugas membuat rencana kegiatan
    v     Petugas membuat jadwal kegiatan setelah berkoordinasi dengan bidan desa
    v     Petugas menyiapkan alat dan bahan
b. Pelaksanaan
    v     Petugas datang ke lokasi sesuai jadwal yang telah disepakati
    v     Petugas menyampaikan maksud dan tujuan
    v     Petugas melakukan pemeriksaan garam, yang dibawa sasaran (sampel) dengan                        cara sbb :
  1. Petugas mengambil ½ sendok makan garam yang akan diuji. Bila garam berbentuk briket, terlebih dahulu garam tersebut  dihaluskan.
  2. Petugas meneteskan 2-3 tetes cairan uji garam beryodium  (iodina tes) ke permukaan garam tersebut.
  3. Petugas memperhatikan perubahan warna yang terjadi pada garam segera setelah ditetesi cairan uji garam beryodium.
  4. Petugas membaca hasil dengan kriteria sbb:
          ·     Bila garam berubah warna menjadi ungu tua (seperti tertera pd etiket botol), maka                       garam tersebut mengandung cukup yodium (> 30 ppm)
          ·     Bila berwrna ungu muda atau keputih-putihan berarti garam tersebut mengandung                       yodium kurang dari 30 ppm.
          ·     Bila warna tidak berubah, garam tersebut tidak mengandung yodium.

J. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
Pembacaan indikator warna harus hati-hati karena pada prinsipnya merupakan uji kualitatif (sensitivitasnya kurang karena faktor pencahayaan).


K. Dokumen terkait
  • Register sasaran
  • Laporan hasil monitoring garam tingkat rumah tangga
  • Leaflet, poster

L. Unit Terkait
Bidan Desa, Posyandu

M. Formulir yang dipergunakan
Formulir Laporan Hasil Monitoring Garam Tingkat Rumah Tangga.

Distribusi Kapsul Vitamin A

Kapsul Vitamin A

A. Kebijakan
Merupakan upaya pencegahan terhadap masalah gizi akibat Kekurangan Vitamin A (KVA).

B. Tujuan
Semua bayi 6-11 bln, anak balita dan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A.

C. Referensi
Buku Pedoman Distribusi Vitamin A.

D. Ruang Lingkup
Bayi umur 6-11 bln, balita serta ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Boyolali I.

E. Penanggung Jawab
sawitri nur handayani

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali

G. Definisi
Distribusi vitamin A adalah pemberian kapsul vitamin A untuk bayi  (6-11 bln) dengan dosis 100.000 UI dan anak balita maupun ibu nifas dengan dosis 200.000 UI.

Distribusi untuk bayi dan balita dilakukan 2x dalam setahun yaitu pada bln. Pebruari dan Agustus, sedangkan untuk ibu nifas diberikan sesaat setelah melahirkan dan 24 jam setelah melahirkan oleh bidan desa.

H. Alat dan Bahan
KMS Balita, Buku KIA, Kapsul Vitamin A.

I. Langkah-langkah
  • Melakukan registrasi untuk sasaran bayi, balita dan ibu nifas
  • Melakukan pengajuan/permintaan kapsul vitamin A dengan berkoordinasi dengan petugas obat melalui bon tambahan obat.
  • Menyiapkan kapsul vitamin A
  • Mendistribusikan kapsul vitamin A
  • Mencatat dan melaporkan hasil distribusi kapsul vitamin A
  • Mengevaluasi hasil pemberian vitamin A (cakupannya)

J. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
  • Bon vitamin A disesuaikan dengan jumlah sasaran dengan toleransi 10%
  • Kapsul vitamin A dipastikan sampai ke perut sasaran

K. Dokumen terkait
  • Register sasaran
  • Laporan hasil distribusi kapsul vitamin A
  • Leaflet, poster

L. Unit Terkait
Bidan Desa, KIA

M. Formulir yang dipergunakan
Formulir Laporan Hasil Distribusi Vitamin A

Pelacakan Kasus Gizi Buruk

A. Kebijakan
Screening kasus gizi buruk untuk mewujudkan Kecamatan Bebas Gizi Buruk tahun 2015.

B. Tujuan
Untuk mengetahui kejadian dan jumlah balita gizi buruk.

C. Referensi
Buku Pedoman Penanganan Gizi Buruk.

D. Ruang Lingkup
Wilayah kerja Puskesmas Boyoalali I.

E. Penanggung Jawab
sawitri nur handayani.

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali.
G. Definisi
Pelacakan adalah menemukan kasus balita gizi buruk melalui pengukuran BB dan TB serta melihat tanda-tanda klinis.

H. Alat dan Bahan
KMS, Dacin, Microtoise, Pita LILA, Indikator Status Gizi (Standar WHO.NCHS).

I. Langkah-langkah
  • Mendatangi posyandu atau rumah balita yang diduga menderita gizi buruk.
  • Menyiapkan dan menggantungkan dacin pada tempat yang aman
  • Menyiapkan alat pengukur PB ataupun microtoise
  • Menyeimbangkan dacin
  • Menanyakan tanggal kelahiran / umur balita
  • Menimbang balita
  • Mengukur panjang/tinggi badan balita
  • Mengukur lingkar lengan atas balita
  • Mencatat hasil penimbangan, pengukuran tinggi badan dan lingkar lengan atas
  • Menilai status gizi balita dengan indeks BB/TB (WHO-NCHS)
  • Mencatat nama balita yang menderita gizi buruk
  • Membuat laporan pelacakan gizi buruk dan atau KLB ke Dinas Kesehatan


J. Bagan



K. Dokumen terkait
  • Laporan bulanan kasus gizi buruk
  • Buku Pedoman Penanganan Gizi Buruk
  • Leaflet

L. Unit Terkait
Bidan Desa, KIA/BP

M. Formulir yang dipergunakan
Formulir Pelacakan Gizi Buruk

Konseling Gizi di Puskesmas

Konsultasi gizi

A. Kebijakan
Pelaksanaan konseling gizi harus mengikuti langkah - langkah yang tertuang dalam intruksi kerja.

B. Tujuan
Meningkatkan mutu pelayanan gizi di Puskesmas guna mempercepat proses penyembuhan pasien.

C. Referensi
Buku Pedoman Pelayanan POZI (Pojok Gizi) di Puskesmas.

D. Ruang Lingkup
Makanan Seimbang, ASI Eksklusif, MP-ASI, Diit DM, Diit Hipertensi, Diit Obesitas, 

Diit Rendah Purin, Diit KEP, Daftar Penukar Bahan Makanan.

E. Penanggung Jawab
sawitri nur handayani.

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali.

G. Definisi
Konseling Gizi adalah suatu proses komunikasi 2 arah antara konselor dan klien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi dan atau mempercepat penyembuhan.

H. Alat dan Bahan
Leaflet, Penuntun Diit, AKG


Konsultasi gizi

I. Langkah-langkah
   1.  Bina Suasana :
  • Memberikan salam
  • Mempersilahkan pasien masuk ruangan
  • Mempersilahkan pasien duduk
  • Memperkenalkan diri
  • Menanyakan identitas pasien
2.  Anamnesa :
  • Pengukuran antropometri (BB, TB, LILA, dll)
  • Menganalisis masalah gizi
  • Menentukan masalah gizi / diagnosa
  • Penentuan diit
  • Buat kesepakatan dengan pasien untuk kunjungan ulang dalam waktu yang ditentukan / evaluasi.

J. Bagan
Bagan Alur Pelayanan Konseling Gizi

L. Dokumen terkait
Rekam Medik

M. Unit Terkait
Polindes, Pustu, Pusling, BP, KIA.

N. Formulir yang dipergunakan
Formuli POZI (Pojok Gizi)

Konseling Laktasi di Puskesmas


A. Kebijakan
     Pelaksanaan konseling laktasi harus mengikuti langkah - langkah yang tertuang dalam         intruksi kerja.

B. Tujuan
Untuk membantu ibu  mengatasi masalah – masalah  dalam kegiatan menyusui agar dapat menyusui secara ekslusif selama 6 bulan dan melanjutkannya sampai 2 tahun atau lebih.

C. Referensi
Pelatihan Konselor Laktasi, UNICEF, 1993

D. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku untuk ibu hamil, ibu menyusu, dan balita yang datang ke klinik/pojok konseling laktasi.

E. Penanggung Jawab
sawitri nur handayani

F. Masa berlaku
Ditinjau ulang setiap setahun sekali.

G. Definisi
Klinik konseling laktasi adalah tempat pelayanan konsultasi untuk membantu ibu dalam mengatasi masalah – masalah dalam kegiatan menyusui.

H. Alat dan Bahan
Alat tulis, boneka bayi, spuit, selang NGT, sampel payudara.

I. Langkah-langkah
  • Petugas menanyakan identitas (nama, umur, jenis kelamin, dan alamat) ibu dan balita yang datang.
  • Petugas menanyakan kondisi kesehatan ibu dan balita.
  • Petugas menanyakan riwayat ibu dalam menyusui.
  • Petugas menilai dan mengamati kegiatan menyusui.
  • Petugas memberikan konseling laktasi sesuai dengan keluhan ibu.
  • Petugas mengkonsultasikan dengan dokter untuk ibu/balita yang perlu penanganan lebih lanjut.
  • Petugas melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

J. Dokumen terkait
Buku Register Konseling Laktasi

K. Unit Terkait
Polindes/PKD, Pustu,  BP, KIA.

L. Formulir yang dipergunakan
  • Formulir Riwayat Menyusui
  • Formulir Pengamatan kegiatan Menyusui



Rabu, 17 Desember 2014

INISIASI TES HIV


Konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas atau provider-initiated testing and counseling (PITC) bukan menggantikan voluntary counseling and testing (VTC).  Disamping menawarkan tes sukarela, program yang komprehensif ditawarkan dalam PITC/PITC, dukungan pencegahan yang berkesinambungan, dan rujukan ke berbagai program lainnya. Dengan demikian dapat mendorong pasien untuk mengambil pilihan yang lebih sehat. Idealnya, pasien yang ternyata seropositif akan dirujuk untuk menjalani pengobatan dan perawatan

Dua Kategori PITC (WHO)
        1. Tes diagnostik:
Tes diagnostik adalah bagian dari proses klinis untuk menentukan diagnosis pasien, dan mengacu pada kondisi medis dari pasien (misalnya TB) atau gejala klinis (misalnya IO atau pengurangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya) yang mengidikasikan secara kuat HIV sebagai penyakit yang mendasarinya.
        2. Penawaran rutin:
Penawaran rutin untuk tes dan konseling artinya menawarkan tes HIV kepada semua pasien dewasa yang berobat ke sarana kesehatan tanpa memandang alas an berobatnya

Syarat Menerapkan PITC
  •       tersedianya layanan konseling pasca-tes bagi semua pasien yang menjalani tes HIV
  •       Tersedianya rujukan ke layanan perawatan medis dan dukungan psikososial bagi pasien dengan HIV (+).
  •       diterapkannya model option-out, (contoh:”saya sarankan anda untuk menjalani tes HIV. Bila anda tidak keberatan maka saya akan laksanakan”) harus dipastikan bahwa persetujuan yang diberikan benar-benar sukarela, maka harus selalu mendapatkan informed consent sebelum melakukan tes HIV dan tes HIV mandatori tidak dibenarkan. Harus dijelaskan pula bahwa pasien berhak untuk menolak tes HIV tanpa mempengaruhi kualitas layanan atau perawatan yang tidak terkait dengan diagnosis HIVnya

PITC Rutin
Ketika menerapkan model penawaran tes HIV secara rutin, maka konseling pra-tes (VCT)disederhanakan tanpa sesi edukasi dan konseling yang lengkap. Informasi yang diberikan sekedar untuk meyakinkan bahwa persetujuan pasien didasarkan atas pemahaman yang memadai.  Namun harus diantisipasi perlunya konseling tambahan yang lebih mendalam bagi pasien tertentu, melalui rujukan kepada konselor khusus. Sesuai dengan kondisi  setempat, informasi prates dapat diberikan secara individual atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus selalu diberikan secara individual, pribadi dengan kesaksian petugas kesehatan.

Tes Diagnostik
Tes diagnostik sebagai bagian dari proses klinis dalam menentukan diagnosis pasien. Bila ada gejala yang sesuai dengan infeksi HIV, jelaskan bahwa akan dilakukan pemeriksaan HIV dalam rangka menegakkan diagnosis. Tes diagnostik HIV sebaiknya ditawarkan  kepada semua pasien dengan kondisi gejala klinis terkait “Pertimbangkan Penyakit Terkait – HIV
Contoh : “Kami akan mencari penyebab penyakit Anda. Untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit Anda, kami perlu melakukan pemeriksaan infeksi tifoid, TB dan HIV, kecuali bila Anda keberatan

Tanda Klinis Kemungkinan Infeksi HIV
  1.       Infeksi berulang dari semua organ
  2.       Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
  3.       Kelainan kulit seperti prurigo, seboroik berulang
  4.       Limfadenopati (PGL) – pembengkakan KGB di leher dan ketiak yang tidak terasa sakit
  5.       Lesi kaposi (benjolan pada kulit atau langit-langit mulut berwarna gelap atau keunguan yang tidak       terasa sakit)
  6.       Infeksi bakteri yang berat– pneumonia
  7.       Tuberkulosis – paru atau ekstra paru berulang
  8.       Kandidosis oral hairy leukoplakia pada mulut
  9.       Ulkus di mulut atau gusi berulang
  10.       Kandidosis esofagoes
  11.       Kehilangan berat badan lebih dari 10% tanpa penyebab yang jelas lainnya
  12.       Mengalami keadaan di bawah ini selama lebih dari 1 bulan
  13.       Indikasi lain yang mengesankan kemungkinan infeksi:
  •       Infeksi menular secara seksual (IMS)
  •       Pasangan atau anak:
          a. diketahui positif HIV
          b. mengidap HIV atau penyakit yang terkait dengan HIV
  •      Kematian pasangan muda yang tidak jelas penyebabnya
  •      Pengguna NAPZA suntikan
  •      Pekerjaan yang berrisiko tinggi
  •      Aktif secara seksual dan mempunyai banyak mitra seksual dan tinggal di daerah prevalensi tinggi
TES HIV PELAYANAN RUTIN
Yang dimaksudkan dengan menawarkan tes HIV dan konseling secara rutin adalah menawarkan tes HIV kepada seorang pasien yang datang ke klinik tidak dengan alasan kunjungan yang berkaitan dengan HIV. Penawaran tes HIV secara rutin dan konseling berarti menawarkan tes HIV kepada semua pasien pengunjung layanan medis yang masih aktif secara seksual tanpa memandang keluhan utamanya.
Contoh : “Salah satu kebijakan di layanan kami adalah menawarkan ke setiap pasien untuk mendapatkan kesempatan menjalani pemeriksaan HIV agar kami dapat segera memberikan perawatan dan pengobatan selagi Anda di sini dan merujuk untuk tindak lanjut setelah Anda pulang, kecuali bila Anda keberatan. Kami akan memberikan konseling dan menyampaikan hasilnya

WORKSHOP TESTING INISIATIF PETUGAS DAN KONSELING (TIPK)


Pada tanggal 10 s.d 12 Desember 2014 lalu, salah satu staff Puskesmas Boyolali I mengikuti Workshop tentang Testing Inisiatif Petugas dan Konseling (TPIK) TB-HIV. Dalam workshop ini dibahas mengenai bagaimana melakukan tes awal terhadap HIV, bagaimana penyampaian hasil tes, dan bagaimana pemberian konseling terhadap penderita HIV. 


Materi yang diberikan diantaranya yaitu:
  1. Indikator dan DO TBHIV untuk unit DOTS
  2. Indikator TBHIV di layanan HIV
  3. Kebijakan TB-HIV Dirjen PSTBH Des 2014_revj
  4. Kolaborasi TB HIV
  5. Memprakarsai Tes HIV
  6. Penyampaian Hasil Tes
  7. Strategi Pemeriksaan  Anti-HIV
  8. Alur PITC SOLO
  9. DR TATAR Stadium Klinik HIV


Uraian singkat mengenai materi Memprakarsai Tes HIV dapat dilihat pada artikel berikut: INISIASI TES HIV

Pemeriksaan KIA

Kegiatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil merupakan salah satu layanan yang diberikan di Klinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Boyolali I.




Kamar Obat



A. Ketenagaan
==> Novi Mukharomah

B. Jenis Upaya Kesehatan

  1. Pelayanan permintaan obat dari BP, KIA, BP Gigi
  2. Pelayanan permintaan obat untuk P3K
  3. Pelayanan permintaan obat untuk Polindes
  4. Penjelasan kepada pasien cara pemakaian obat
  5. Pelayanan obat prolanis
  6. Pelayanan obat IMS

Kesehatan Lingkungan (Kesling)


A. Ketenagaan Kesehatan Lingkungan
==> Ponco Subono, SKM

B. Jenis Upaya Kesehatan Lingkungan yang Dilakukan

  1. Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga
  2. Penyehatan air
  3. Hygiene dan Sanitasi makanan dan minuman
  4. Penyehatan tempat pembuangan sampah
  5. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
  6. Pengawasan tempat pengelolaan pestisida
  7. Pengawasan sanitasi Industri Rumah Tangga (IRT) makanan dan minuman

C. Upaya Pemberantasan Penyakit
==> Surveilans Epidemiologi Penyakit (STP, Diare, ISPA, PTM, W2)

Rabu, 03 Desember 2014

INFORMASI DASAR HIV

Virus imunodifisiensi manusia (bahasa Inggris: human immunodeficiency virus; HIV ) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluran Semen (reproduksi), Darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah Sel T pembantu, Makrofaga, Sel dendritik. Ini menyebabkan penurunan pada angka CD4 Sel T.
Bila sistem kekebalan tubuh kita sudah rusak atau lemah,maka kita akan terserang oleh berbagai penyakit yang ada di sekitar kita seperti TBC,diare,sakit kulit,dll. Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS,yaitu :
A =Acquired (didapat)
I =Immune (kekebalan tubuh)
D =De .ciency (kekurangan)
S =Syndrome (gejala)

Perjalanan HIV / AIDS


Masa inkubasi atau masa laten, sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang rata-rata 5-10 tahun, selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel-sel T-4 semakin menurun. Semakin rendah jumlah sel T-4, semakin rusak fungsi sistem kekebalan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan sudah dalam keadaan parah ODHA akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.
Secara singkat, perjalanan HIV/AIDS dapat dibagi 4 stadium, yaitu :
1.  Stadium pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dari negatif berubah menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window periode. Lama window periode ini antara 1-3 bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.
2.  Stadium kedua : Asimptomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdpat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5-10 tahun. Cairan tubuh ODHA yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3.  Stadium ketiga : pembesaran kelenjar Limfe
Fase ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent generalized lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih dari satu bulan.
4.  Stadium keempat : AIDS
Keadaan ini disertai barmacam – macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder (Pusdiknakes, 1997 : 42).

Gejala Klinis pada Stadium AIDS


Siapa yang bisa tertular HIV:

Sipapun bisa tertular HIV, jika perilakunya beresiko. Orang dengan HIV positif seing terlihat sehat dan merasa sehat. Jika belum melakukan tes HIV, orang dengan HIV positif tidak tahu bahwa dirinya sudah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.Tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian tertular HIV atau tidak.


Penularan itu bisa terjadi melalui:
  • Hubungan seks dengan orang yang mengidap HIV/AIDS,berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom)
  • Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV
  • Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV
  • Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya

HIV tidak menular melalui:
  • gigitan nyamuk
  • orang bersalaman
  • berciuman
  • orang berpelukan
  • makan bersama
  • tinggal serumah

Kapan Tes HIV dilakukan?
  1. Curiga tertular HIV
  2. Ada gejala AIDS
  3. Sebelum dan sesudah tes HIV perlu  konseling (pemberian informasi yang lengkap) à VCT (Voluntary conceling test)
  4. Diperlukan Informed Consent (persetujuan tertulis dari YBS)
Semua petugas kesehatan harus menganjurkan tes HIV:

  • Ibu hamil
  • Pasien TB
  • Menunjukkan gejala dan tanda klinis diduga terinfeksi HIV
  • Kelompok berisiko (penasun, PSK-pekerja seks komersial, LSL – lelaki seks dengan lelaki)
  • Pasien IMS (Infeksi Menular Seksual) dan seluruh pasangan seksualnya

Definisi Voluntary Counseling Test (VCT):
Proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV. Konseling pra testing memberikan pengetahuan tentang HIV & manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan perencanaan atas issue HIV yang akan dihadapi. Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti & menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan.

Blog Archive